PRESS RELEASE:
Pangandaran, 8 Agustus 2019. Berselancar tak hanya berkisar pada aksi menguasai ombak, tapi juga mencakup segala aspek yang sering diasosiasikan dengan gestur kontra-budaya oleh pelaku dan penggemarnya, sehingga hal ini menjadi begitu luar biasa. Mau tidak mau ini merupakan corak budaya pantai yang kental dengan gaya hidup yang relatif lebih informal sifatnya. Jenis keramahtamahan yang berlaku pun begitu relaxing membawa suasana menjadi lebih seperti keluarga. Ini adalah daya tarik wisata yang jarang dipandang sebagai daya tarik budaya, walau pada kenyataannya budaya ini yang berkembang sejak jauh hari bahkan puluhan dekade yang membuka Bali menjadi sebuah destinasi wisata.
Pantai Barat Pangandaran tidak hanya terkenal karena rekreasi pantainya. Kuliner dan budaya pantai yang santai dan selalu menampilkan kemeriahan suasana hati, kemegahan persaudaraan, dan kehangatan ramah tamah warganya, menjadi nyawa dari daya tarik budaya pantai yang akan selalu hidup dan dihidupkan. Salah satu daya tarik yang hampir tak disadari ialah budaya berselancar ‘anak-anak pantai’ yang telah mendarah daging, tumbuh sebagai identitas, dan mengakar sebagai hobi dan mata pencaharian. Tak hanya itu, fenomena ini pun menjadi sebuah jalur akulturasi dan asimilasi budaya yang berlangsung selama Pangandaran ada. Pangandaran sebagai sebuah wilayah, kabupaten, dan destinasi, merupakan mangkuk besar dari berbagai campuran budaya lokal, nasional, dan internasional.
Sebuah event yang setiap tahun dilangsungkan oleh komunitas-komunitas peselancar atau surfer lokal ini akan sekali lagi digelar dengan mengusung nama Pangandaran Surfing Competition 2019 yang akan berlangsung pada hari Sabtu, 24 Agusutus 2019. Mengundang para peselancar dari berbagai daerah di Indonesia, event ini menjadi sebuah rendez vou bagi para pecinta dan pemburu ombak. Bahkan wisatawan yang sengaja mencari ombak pada bulan Agustus ini akan hadir, seperti dari Brazil, New Zealand, Jepang, Australia, Belanda, dan Spanyol; untuk bersaing atau just for fun saja.
Tak hanya itu, pada tanggal 25 Agustus 2019, komunitas surfer akan mensosialisasikan kegiatan surfing sebagai bagian terintegrasi dari kegiatan di Pantai Barat Pangandaran yang mengasyikan, melalui program free surfing lesson bagi wisatawan dan umum yang hendak mencoba dan mencicipi keasyikannya berselancar di pantai yang ombaknya konsisten dari tahun ke tahun. Free surfing lesson ini merupakan sumbangsih anak-anak pantai bagi kepariwisataan, karena biasanya mereka mengajar surfing dengan tariff US$ 30.00 per jam. Namun dengan menyewa papan selancar dari penyewa yang tersedia di pantai saja, wisatawan sudah cukup mengantongi tiket untuk mendapatkan ajaran berselancar tanpa biaya tigapuluh-dollar yang biasanya diterapkan.
Saat ini komunitas peselancar Kabupaten Pangandaran telah menyatukan diri dan pikiran juga semangat untuk maju bersama dalam pembentukan PSOI (Persatuan Selancar Ombak Indonesia) Pengurus Cabang Kabupaten Pangandaran agar terus diakui dan didukung secara nasional. Komunitas Peselancar dari Batukaras, Pantai Barat Pangandaran, dan Harbor atau Pelabuhan telah duduk bersama, berdiri bersama, dan akan melangkah bersama untuk memajukan olah raga air ini agar maju, dan destinasi Pangandaran agar lebih mendunia.
Pemilihan venue tahun ini di Pantai Barat Pangandaran karena ombak pada bulan Agustus adalah ombak paling konsisten yang sudah dikenal secara internasional. Jenis ombak di pantai ini yaitu beach break atau ombak yang pecah dengan dasar laut berformasi pasir pantai. Secara otomatis, penyelenggara di Pantai Barat Pangandaran dibantu penuh oleh komunitas surfer yang dikenal dengan PBMSC (Persatuan Batu Mandi Surfing Club). Komunitas dari Batukaras (BSC) dan komunitas dari Harbor/ Pelabuhan akan mendukung sepenuhnya dan kemudian bergilir tempat penyelenggaraannya.
Tujuan penyelenggaraan event Pangadaran Surfing Competition 2019 ini ialah:
Menguatkan karakter daya tarik wisata pantai Pangandaran yang bertema destinasi rekreasi pantai guna menunjang daya saing destinasi.
Mendukung pembangunan kepariwisataan Nasional, Provinsi Jawa Barat, dan khususnya Kabupaten Pangandaran di dalam mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan kunjungan dan perjalanan wisatawan dan dampak penggandaannya.
Menciptakan peluang investasi baru dan menguatkan usaha pariwisata di dalam menumbuhkan industri pariwisata daerah.
Memupuk kekuatan dan kontribusi kelembagaan komunitas/ masyarakat pariwisata bagi kepariwisataan daerah.
Menumbuhkan rasa cinta pada lingkungan alam sekitar dan pemahaman akan keterhubungan unsur-unsur alam dan kegiatan manusia yang berkelanjutan.
Konsep acara tentunya akan diturunkan dari tujuan-tujuan di atas, sehingga setiap tujuan dipastikan akan dicapai dengan pelaksanaan konsep acara yang secara baik dijalankan.
Event ini masih disokong oleh dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran, khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Bapak Drs. H. Undang Sohbarudin mengatakan bahwa event ini sudah menjadi tradisi pantai, dan tidak boleh dihilangkan, bahkan tahun depan sudah diagendakan menjadi kegiatan tahunan yang dianggarkan dengan lebih baik dan diajukan ke Kementerian Pariwisata RI agar lebih menggema. “Pangandaran sangat bangga memiliki potensi ombak yang sangat baik, utamanya ialah para surfer Kabupaten Pangandaran yang sudah menorehkan prestasinya di ajang internasional dan sekaligus menjadi duta pariwisata untuk mengenalkan Kabupaten Pangandaran sebagai destinasi surfing yang nyaman dan mengasyikan,” ungkapnya.
Comments